Segala puji hanyalah milik Allah. Dimana Dia Maha Kuasa untuk menguasai nyawa-nyawa yang ada di setiap hamba-hamba-Nya. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada baginda Shallallahu ‘alaihi wa salam para keluarganya dan para pengikutnya.
Begitu nikmatnya di kala kita mengawali aktivitas kita dengan secangkir kopi. Menghangatkan suasana dan menambah mood dalam mengerjakan pekerjaan.
Namun tidak sebatas hanya sebuah kenikmatan saja. Salah satu keutamaan seorang muslim ialah ketika ia mengawali aktivitasnya dengan meniatkannya untuk beribadah atau menunjang kebutuhan ibadah tersebut, maka aktivitas yang dilakukannya akan memiliki pahala. Karena yang dia lakukan itu sejatinya adalah ibadah. Begitu indah bukan agama ini.
Hal ini selaras dengan serial hadits pada edisi ini tentang penjelasan sabda rasulullah shallallahu alaihi wasalam yang diriwayatkan oleh sahabat Umar bin Khattab radhiayallahu anhu.
عن عمر بن الخطاب – رضي الله عنه – قال : سمعت رسول الله – صلى الله عليه وسلم – يقول : إنَّمَا الأعمَال بالنِّيَّاتِ وإِنَّما لِكُلِّ امريءٍ ما نَوَى فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إلى اللهِ ورَسُولِهِ فهِجْرَتُهُ إلى اللهِ ورَسُوْلِهِ ومَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيْبُها أو امرأةٍ يَنْكِحُهَا فهِجْرَتُهُ إلى ما هَاجَرَ إليهِ
“Dari Umar bin Khattab radhiayallahu anhu berkata, “aku pernah mendengar perkataan rasulullah shallallahu alaihi wasalam : “Sesungguhnya amal-amal itu tergantung pada niatnya. Setiap orang akan mendapatkan dari apa ia niatkan. (Sebaimana) apabila seseorang berhijrah dikarenakan Allah dan rasul-Nya. Maka hijrahnya itu (bernilai) karena Allah dan rasul-Nya. Akan tetapi jika seseorang berhijrah yang disebabkan dunia untuk bergantung padanya atau disebabkan seorang wanita yang ingin ia nikahi. Maka hijrahnya itu sesuai apa yang tuju.” (H.R Bukhori, no.1 dan H.R Muslim, no.1907)
Hadits ini adalah hadits yang pertama kali Imam Nawawi rahimahullah tuliskan dalam kitabnya yang terkenal yaitu Hadits Arbain. Selain itu, hadits ini juga yang pertama kali Bukhori rahimahullah tuliskan dalam kitab shahihnya. Dan berkata Abdurrahman bin Mahdi rahimahullah.
مَن أًرَادَ أَنْ يُصَنِّفُ كِتَابًا فَلْيَبْدَأْ بِحَدِيْثِ الأَعْمَالِ بِالنِّيَاتِ
“Barangsiapa yang ingin menuliskan sebuah buku maka mulailah dengan hadits tentang amal yang bergantung pada niat.” (Al-Jami’ li Akhlaqi al-Rawi 2/300)
Mengapa niat sangat penting dan prioritas utama dalam beramal atau beraktivitas. Di bawah ini adalah beberapa perihal penting dari kandungan hadits tentang niat.
Silsilah Hadits
Hadits ini tidaklah shohih kecuali yang meriwayatkan adalah Umar bin Khattab radhiyallahu anhu. Dan telah meriwayatkan dua puluh perowi hadits yang serupa dengan periwayat yang berbeda dan keadaan hadits itu adalah dhaif atau lemah.
Hadits ini telah disepakati bersama oleh Bukhori dan Muslim rahimahumallah atas keshohihannya dan dengannya tidaklah kurang.
Tentang perihal niat, maka ada hadits-hadits lainya yang senada. Seperti hadits dari Aisyah radhiyallahu anha “Maka amal itu terbangun atas niat mereka…” dan lainnya.
Kedudukan Hadits
Hadits ini memiliki kedudukan yang terlihat dari beberapa hal berikut.
Para ulama telah sepakat dengan pentingnya hadits ini, sebagaimana Bukhori telah melekatkan hadits ini di dalam karyanya. Dan berkata Abdurrahman bin Mahdi rahimahullah, “Seandainya aku menulis bab-bab pembahasan, maka akan aku jadikan hadits ini di dalam setiap babnya.”
Hadits ini adalah salah satu hadits yang merupakan inti pembahasan dari agama Islam. Sebagaimana perkataan Imam Syafi’I rahimahullah.
“Hadits ini telah mewakili sepertiga dari ilmu dan di dalamnya terdapat tujuh puluh bab dari ilmu fiqh.” (As-Sunanu al-Kubra, 7/48)
Dan juga penjelasan Bukhori rahimahullah tentang keagungan hadist ini.
“Tidaklah ada pada berita-berita nabi shallallahu alaihi wasalam sesuatu yang ringkas dan mahal dan serta banyak manfaatnya kecuali pada hadits ini.” (Fathul Bari, 1/ 14)
Belum sampai kita melihat penjelasan secara mendalam tentang hadits ini. Kita sedikit mengetahui beberapa yang harus diluruskan ketika beramal. Memperbaiki niat adalah cara atau metode kita dalam menjalani kehidupan ini.
Bersambung…
Diambil dari inti sari pembelajaran kitab
“Al-Hululu al-Bahiyyah Syarhu al-Arbain an-Nawawiyah karya Syeikh Dr. Manshur bin Muhammad al-Shoq’ub”
Komentar