Segala puji bagi Allah atas segala nikmatNya. Shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam, keluarga, dan sahabat-sahabatnya, serta bagi mereka yang mengikuti petunjuknya.
Bangun dari tidur merupakan nikmat yang besar, karena Allah subhanahu wata’ala telah memberikan kesempatan kepada manusia untuk mengumpulkan amal-amal shalih dan memperbaiki apa-apa yang luput dari berbagai macam kesalahan.
Agar bangun tidur bernilai pahala di sisi Allah, alangkah baiknya bagi seorang muslim untuk mengamalkan adab-adab bangun tidur. Berikut adalah adab-adab bangun tidur yang dapat kita amalkan:
Pertama, bangun pagi-pagi
Seorang muslim hendaknya membiasakan diri bangun pagi-pagi dan tidak terlambat, karena hal itu dapat mendatangkan berkah. Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam,
اللَّهمَّ بارِك لأمَّتي في بُكورِها
“Ya Allah, berkahilah ummatku dalam aktivitas paginya” (HR Ahmad, Abu Dawud, at Tirmidzi)
Kedua, menyaksikan nikmat Allah Ta’ala
Hendaknya seseorang menyaksikan dengan hatinya nikmat yang telah Allah ta’ala berikan kepadanya. Dimana Allah telah menghidupkannya setelah kematian dan memanjangkan umurnya sehingga dapat mengumpulkan amal shalih serta menutupi kekeliruan dan kesalahannya.
Ketiga, mengusap wajah dengan kedua tangan
Mengusap wajah dengan kedua tangan ketika bangun tidur merupakan sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Sebagaimana hadits dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma, beliau berkata ketika bermalam di rumah bibinya Maimunah radhiyallahu ‘anha,
ثمّ استيقظ رسول الله صلّى الله عليه وسلّم فمسح النوم عن وجهه بيده
“Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bangun lalu mengusap wajah beliau dengan tangannya. (HR Bukhari dan Muslim)
Dan di antara hikmah mengusap wajah ketika bangun tidur adalah untuk menghilangkan bekas-bekas tidur dari wajah.
Keempat, berdzikir kepada Allah
Hendaknya berdzikir kepada allah ta’ala dengan dzikir-dzikir yang diriwayatkan dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, diantara adalah
Membaca doa
الحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَحْيَانَا بَعْدَ مَا أَمَاتَنَا وَإِلَيهِ النُّشُورُ
alhamdulillah alladzi ahyana ba’da maa amaatanaa wailaihi annusyur.
“Segala puji bagi allah yang telah menghidupkan kami setelah mematikan kami dan kepadanya lah kami dikumpulkan.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dan membaca doa
الحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي رَدَّ عَلَيَّ رُوْحِي، وَعَافَانِي فِي جَسَدِي، وَأَذِنَ لِي بِذِكْرِه
alhamdulillah alladzi radda ‘alaiyya ruuhii, wa ‘aafaanii fii jasadii, wa adzina lii bidzikrihi
“Segala puji bagi Allah yang telah mengembalikan ruhku, menyehatkan jasadku, dan mengizinkan aku untuk berdzikir kepadaNya.” (HR. at Tirmidzi)
Kemudian membaca 10 ayat terakhir Surat Ali Imron (jika terbangun di malam hari)
Sebagaimana dalam hadits dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma,
ثمّ قرأ الآيات العشر الأواخر من سورة آل عمران
“Kemudian Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam membaca sepuluh ayat terakhir Surah Ali Imran. (HR. Bukhari dan Muslim)
Serta membaca
لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، لَهُ المُلْكُ وَلَهُ الحَمْدُ، وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيءٍ قَدِيرٌ، وَسُبْحَانَ اللَّهِ، وَالحَمْدُ لِلَّهِ، وَلَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، وَاللَّهُ أَكْبَرُ، وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ العَلِيِّ العَظِيمِ
Laa ilaha illallah wahdahu laa syariika lahu, lahu al mulku wa lahu al hamdu, wahuwa ‘alaa kulli syaiin qadiir. Wasubhanallah, walhamdulillah, walaa ilaha illallah, wa allahu akbar, walaa haula walaa quwwata illaa illahi al’aliyyi al al ‘adziim.
“Tiada ilah yang berhak diibadahi kecuali Allah semata, tiada sekutu bagiNya. MilikNya kerajaan dan segala pujian dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. Maha Suci Allah. Segala puji bagi Allah. Tiada ilah yang berhak diibadahi kecuali Allah. Allah Mahabesar. Tiada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah yang Mahatinggi lagi Mahaagung”. (HR. Bukhari)
Dan apabila tersentak bangun dari tidur, hendaknya membaca,
أَعُوذُ بِكَلِمَاتِ اللَّهِ التَّامَّةِ، مِنْ غَضَبِهِ وَعِقَابِهِ، وَشَرِّ عِبَادِهِ وَمِنْ هَمَزَاتِ الشَّيَاطِينِ، وَأَنْ يَحْضُرُوْنِ
A’uudzu bikalimaatillahi at taammah, min ghadhobihi wa ‘iqaabihi, wa syarri ‘ibaadihi wa min hamazaati as syayaathiin, wa an yahdhuruun
“Aku berlindung dengan kalimat-kalimat Allah yang Sempurna dari kemarahan dan hukumanNya, serta dari bisikan-bisikan syaithan dan kedatangannya.” (HR. at Tirmidzi)
Kelima, bersiwak
Hendaknya seseorang bersiwak setelah bangun dari tidurnya. Berdasarkan dalam hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam,
كان لا ينام إلا والسواك عند رأسه، فإذا استيقظ بدأ بالسواك
“Tidaklah Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam tidur kecuali siwak berada di dekat kepalanya. Jika terbangun, maka beliau mulai dengan bersiwak.” (HR. Ahmad)
Keenam, mencuci kedua tangan tiga kali
Hendaknya seseorang mencuci kedua tangannya sebanyak tiga kali sebelum memasukkannya ke dalam bejana. Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam,
إذا استيقظ أحدكم من نومه فلا يغمس يده في الإناء حتى يغسلها ثلاثاً، فإنه لا يدري أين باتت يده
“Jika salah seorang dari kalian bangun dari tidur, maka janganlah mencelupkan tangannya ke dalam bejana hingga ia mencucinya tiga kali. Sesungguhnya ia tidak tahu di mana tangannya bermalam.” (HR Bukhari dan Muslim)
Ketujuh, berwudhu dan ber-istintsar sebanyak tiga kali
Istintsar adalah mengeluarkan air dari hidung melalui salurannya ketika berwudhu.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
إذا استيقظ أحدكم من منامه فتوضّأ، فليستنثر ثلاث مرّات، فإنّ الشيطان يبيت على خياشيمه
“Jika salah seorang dari kalian bangun dari tidurnya, hendaknya ia berwudhu’ dan ber-istintsar sebanyak tiga kali, karena sesungguhnya syaitan bermalam di lubang hidungnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Kedelapan, melaksanakan shalat
Setelah bangun tidur, hendaknya seseorang shalat meskipun hanya dua rakaat. Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam,
يَعْقِدُ الشَّيْطَانُ علَى قَافِيَةِ رَأْسِ أَحَدِكُمْ إذَا هو نَامَ ثَلَاثَ عُقَدٍ يَضْرِبُ كُلَّ عُقْدَةٍ عَلَيْكَ لَيْلٌ طَوِيلٌ، فَارْقُدْ فَإِنِ اسْتَيْقَظَ فَذَكَرَ اللَّهَ، انْحَلَّتْ عُقْدَةٌ، فإنْ تَوَضَّأَ انْحَلَّتْ عُقْدَةٌ، فإنْ صَلَّى انْحَلَّتْ عُقْدَةٌ، فأصْبَحَ نَشِيطًا طَيِّبَ النَّفْسِ وإلَّا أَصْبَحَ خَبِيثَ النَّفْسِ كَسْلَانَ
“Jika seseorang tidur, syaitan akan mengikat tengkuknya dengan tiga ikatan. Syaitan menuliskan pada masing-masing ikatan: “malam masih panjang bagimu, maka tidurlah..!”, jika ia bangun dan berdzikir kepada Allah, maka terlepaslah satu ikatan. Jika ia berwudhu, maka terlepaslah satu ikatan. Dan jika ia shalat, maka terlepaslah semua ikatan dan ia akan bangun dalam keadaan penuh gairah dan jiwa yang segar. Jika tidak demikian, ia akan bangun dalam keadaan buruk jiwanya dan malas.” (HR Bukhari dan Muslim)
Kesembilan, membangunkan keluarga
Termasuk sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam adalah membangunkan keluarga untuk mengerjakan shalat malam walaupun hanya dua rakaat. Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam,
رحمَ اللهُ رجلا قامَ من الليلِ فصلّى وأيقظَ امرأتهُ ، فإن أبتْ نضحَ في وجهها الماءُ ، رحمَ اللهُ امرأةً قامتْ من الليلِ وصلّت وأيقظتْ زوجها فإن أبَى نضحتْ في وجههِ الماءٌ
“Allah merahmati seorang laki-laki yang bangun di malam hari lalu mengerjakan shalat. Dan membangunkan istrinya lalu ia pun turut mengerjakan shalat. Jika istrinya enggan, ia pun memercikkan air ke wajahnya. Dan Allah juga merahmati seorang wanita yang bangun di malam hari, lalu mengerjakan shalat dan membangunkan suaminya lalu ia pun turut mengerjakan shalat. Jika suaminya enggan, ia memercikkan air pada wajahnya.” (HR. Ibnu Hibban)
Kesepuluh, merapikan tempat tidur setelah bangun
Jika seorang muslim bangun dari tidur kemudian akan bersiap-siap menuju tempat kerja atau sekolahnya. Hendaklah ia merapikan tempat tidurnya sebelum berangkat, sehingga ia meninggalkannya dalam keadaan baik dan rapi. Demikianlah seharusnya seorang muslim karena Islam adalah agama yang bersih dan teratur.
Wallahu ta’ala a’lam
Itulah beberapa adab-adab Islam ketika bangun tidur. Semoga kita dimudahkan untuk mengamalkannya. Semoga bermanfaat. Barakallahu fiikum
Referensi : Ensiklopedi Adab Islam – Bab Al Istiiqaadzu Minan Naum Karya Syaikh Abdul Aziz bin Fathi as Sayyid Nada
Komentar